Sistem Pergerakan Transportasi
Dalam transportasi makro seperti yang telah dijelaskan pada artikel sebelumnya (baca juga: Transportasi Makro) dimana transportasi makro terbagi atas sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan. Sistem Gerakan yang dimaksud terdapat Model perencanaan empat tahap yang terdiri atas bangkitan pergerakan, distribusi pergerakan, pemilihan moda dan pemilihan rute.
a. Bangkitan pergerakan
Bangkitan perjalanan (trip generation) adalah suatu tahapan permodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona/tata guna lahan dan beberapa jumlah pergerakan yang akan tertarik kepada suatu tata guna lahan atau zona. Menurut Bruton (1970) yang dikutip dalam Hendarto et all (2001), faktor-faktor yang menyebabkan bangkitan perjalanan adalah
· Pola dan intensitas tata guna lahan dan perkembangannya
· Karakteristik sosio ekonomi populasi pelaku perjalanan
· Kondisi dan kapabilitas sistem transportasi yang tersedia.
Sumber: Tamin, 2008
Sifat pergerakan sistem zona terdiri atas internal dan eksternal yang dikelompokkan menjadi:
- Pergerakan dalam zona (intra zonal trip) yaitu dari dan ke zona yang sama yang umumnya diabaikan (dianggap = 0)
- Pergerakan antar zona (inter zonal trip) yaitu pergerakan dari dan ke zona-zona internal.
- Pergerakan antar zona internal dan eksternal yaitu pergerakan ke luar/masuk wilayah studi
- Pergerakan antar zona eksternal yaitu pergerakan antar zona yang melewati wilayah studi yang lebih dikenal dengan through traffic.
b. Distribusi pergerakan
Permodelan sebaran pergerakan dimaksudkan untuk menghitung besarnya perjalanan (orang, kendaraan, barang) diantara zona-zona asal tujuan. Dasar model sebaran pergerakan adalah bagaimana memprediksi penyebaran hasil perhitungan jumlah bangkitan dan tarikan perjalanan dari tahap sebelumnya. Hasil keluaran tahap model ini berupa Matriks Asal Tujuan (MAT) merupakan gambaran dari pola dan besarnya permintaan perjalanan.
Gambar Bangkitan Seluruh Perjalanan dari zona asal ke semua zona tujuan
Sumber: Tamin, 2008
c. Pemilihan moda
Pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi pelaku perjalanan (orang ataupun barang) yang akan menggunakan setiap moda transportasi yang ada di wilayah tersebut. Baik kendaraan pribadi, angkutan umum, maupun angkutan lainnya yang berbasis tidak beroperasi di jalan seperti kereta api, kapal laut, penyeberangan, angkutan sungai dan danau atau pesawat terbang.
Analisis penggunaan moda juga dilakukan pada analisis pembangkit perjalanan, dan yang paling lazim adalah setelah distribusi perjalanan, karena informasi tentang kemana perjalanan itu menuju akan memungkinkan hubungan penggunaan moda tersebut membandingkan alternatif pelayanan transportasi yang bersaing untuk para penggunanya. (Khisty dan Lall., 2003).
Tiga kategori besar faktor yang dipertimbangkan dalam penggunaan moda:
- Karakteristik yang melakukan perjalanan (misalnya, pendapatan keluarga, jumlah mobil yang tersedia, ukuran keluarga, densitas permukiman).
- Karakteristik perjalanan (misalnya, jarak perjalanan, jam berapa perjalanan itu dilakukan).
- Karakteristik sistem transportasinya (misalnya, waktu tumpangan, waktu yang berlebih).
d. Pemilihan rute
Dalam proses pemilihan rute pergerakan antar dua zona untuk moda tertentu (yang didapat dari pemilihan moda) dibebankan ke rute tertentu yang terdiri atas ruas jaringan jalan tertentu (atau angkutan umum) sehingga akhirnya didapat jumlah pergerakan pada setiap ruas jalan.
Setiap pembebanan jalan/pemilihan rute disebabkan oleh beberapa faktor yang dianggap berpengaruh terhadap penentuan rute yang akan dilalui. Faktor penentunya adalah waktu tempuh, jarak dan biaya (biaya nilai waktu, biaya perjalanan dan biaya operasi kendaraan). Adapun alasan setiap pelaku perjalanan untuk memilih sebuah rute yang dapat digunakan untuk menghasilkan jenis model antara lain (Tamin, 2008):
1) Pembebanan all or nothing
Pemakai jalan secara rasional akan memakai rute terpendek yang meminimumkan hambatan transportasi (jarak, waktu dan biaya). Semua lalu lintas asal tujuan menggunakan rute yang sama dengan anggapan bahwa pemakai jalan mengetahui rute tercepat tersebut. Dengan kata lain pemakai jalan mengetahui rute terpendek dan semuanya menggunakan rute tersebut dan tidak ada yang menggunakan rute lain.
2) Pembebanan banyak ruas
Diasumsikan pemakai jalan tidak mengetahui informasi yang tepat mengenai rute tercepat. Pengendara memilih rute yang dipikirnya adalah rute tercepat, tetapi persepsi yang berbeda untuk setiap pemakai jalan akibatnya bermacam-macam rute akan dipilih antara dua zona tersebut.
3) Pembebanan berpeluang
Pemakai jalan menggunakan beberapa faktor rute dalam pemilihan rutenya dengan meminimumkan hambatan transportasi, contohnya faktor yang tidak dapat dikuantifikasi seperti rute yang aman dan rute yang panoramanya indah. Dalam hal ini pengendara memperhatikan faktor lain selain jarak, waktu dan biaya.
Referensi Artikel:
- Tamin, OZ, 2008. Perencanaan, Permodelan dan Rekayasa Transportasi. Penerbit ITB. Bandung.
- Nasution, M.N. 2004. Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia, Jakarta
Posting Komentar untuk "Sistem Pergerakan Transportasi"