Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tata Guna Lahan dalam Transportasi Wilayah dan Kota

Tata guna lahan (TGL) memainkan peran fundamental dalam perencanaan dan pengembangan transportasi di wilayah dan kota. Manusia dengan berbagai aktivitas dalam memenuhi kebutuhan melakukan perjalanan di antara tata guna lahan dengan menggunakan sistem jaringan transportasi. Hal ini akan menimbulkan pergerakan arus manusia, kenderaan dan barang. Hampir semua interaksi dan aktivitas manusia memerlukan perjalanan sehingga menghasilkan pergerakan arus lalu lintas. Penggunaan lahan yang terencana dan berkelanjutan dapat mendukung sasaran umum sistem transportasi yang efisien dan berkelanjutan.


Cara perencanaan transportasi untuk mencapai sasaran umum itu antara lain dengan menetapkan tiga komponen utama dalam sistem transportasi berikut ini :

Sistem kegiatan (Transport Demand) adalah mempelajari pola pergerakan orang dan barang. Rencana tata guna lahan yang baik (lokasi toko, sekolah, perumahan, pekerjaan, dan lain-lain yang benar) dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah. Dalam jurnal mereka "The impact of land use on travel: a synthesis of research", Ortman et al. (2004) melakukan tinjauan komprehensif terhadap penelitian tentang hubungan antara tata guna lahan dan sistem kegiatan dengan hasil kesimpulan bahwa tata guna lahan memiliki pengaruh signifikan terhadap pola pergerakan orang dan barang. Sistem Kegiatan sendiri meliputi
  • Asal dan tujuan perjalanan: Memahami dari mana orang dan barang berasal dan ke mana mereka ingin pergi.
  • Frekuensi perjalanan: Berapa kali orang dan barang melakukan perjalanan dalam kurun waktu tertentu.
  • Waktu tempuh: Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perjalanan.
  • Karakteristik pengguna: Siapa yang melakukan perjalanan, seperti usia, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan
Sistem jaringan (Transport Supply) adalah Sistem jaringan mengacu pada infrastruktur transportasi yang menyediakan ruang dan fasilitas untuk pergerakan orang dan barang. Hal yang dapat dilakukan misalnya meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada, yaitu melebarkan jalan, menambah jaringan jalan baru, dan lain-lain. Menurut Morlok Dalam bukunya "Transportation planning and engineering" (1999), yang mengidentifikasi beberapa elemen utama dalam sistem jaringan transportasi, yaitu:
  • Jalan: Jalan merupakan elemen paling umum dalam sistem jaringan transportasi, menyediakan akses ke berbagai lokasi dan menghubungkan berbagai kawasan.
  • Rel kereta api: Rel kereta api merupakan moda transportasi yang efisien untuk mengangkut jarak jauh dan barang berat.
  • Pelabuhan: Pelabuhan menyediakan akses ke transportasi laut dan menghubungkan negara-negara di seluruh dunia.
  • Bandara: Bandara menyediakan akses ke transportasi udara dan memungkinkan perjalanan jarak jauh dengan cepat.
  • Jaringan pejalan kaki dan bersepeda: Jaringan pejalan kaki dan bersepeda menyediakan infrastruktur yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda.
  • Transportasi publik: Transportasi publik, seperti bus, kereta api, dan trem, menyediakan layanan transportasi bagi orang-orang yang tidak memiliki akses ke kendaraan pribadi.
Sistem pergerakan (Traffic Flow) mengacu pada pergerakan orang dan barang melalui sistem jaringan transportasi. Hal dapat dilakukan antara lain mengatur teknik dan manajemen lalu lintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih baik (jangka pendek dan menengah), atau pembangunan jalan (jangka panjang). Menurut Dowling (2000) Dalam jurnalnya "Traffic flow theory" menjelaskan bahwa beberapa faktor dapat memengaruhi sistem pergerakan, yaitu:
  • Permintaan transportasi: Permintaan transportasi menentukan jumlah orang dan barang yang perlu diangkut melalui sistem jaringan transportasi.
  • Kapasitas infrastruktur: Kapasitas infrastruktur menentukan jumlah orang dan barang yang dapat diangkut melalui sistem jaringan transportasi pada waktu tertentu.
  • Perilaku pengemudi dan pengguna: Perilaku pengemudi dan pengguna dapat memengaruhi kelancaran arus lalu lintas dan efisiensi sistem transportasi.
  • Kondisi cuaca: Kondisi cuaca, seperti hujan, salju, dan kabut, dapat memperlambat aliran lalu lintas dan meningkatkan risiko kecelakaan.
  • Kejadian lalu lintas: Kejadian lalu lintas, seperti kecelakaan dan pekerjaan jalan, dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Menurut Resdiansyah (2023) menjalskan bahwa hubungan dasar antara sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan dapat disatukan dalam beberapa urutan tahapan yang biasanya dilakukan secara berurutan sebagai berikut.
  1. Aksesibilitas dan mobilitas: ukuran potensial atau kesempatan untuk melakukan perjalanan. Tahapan ini bersifat lebih abstrak jika dibandingkan dengan empat tahapan berikutnya. Digunakan untuk mengalokasikan masalah yang terdapat dalam sistem transportasi dan mengevaluasi pemecahan alternative.
  2. Pembangkit lalu lintas: bagaimana perjalanan dapat bangkit dari suatu tata guna lahan atau dapat tertarik ke suatu tata guna lahan.
  3. Sebaran penduduk: bagaimana perjalanan tersebut disebarkan secara geografis di dalam daerah perkotaan (daerah kajian).
  4. Pemilihan moda transportasi menentukan faktor yang memengaruhi pemilihan moda transportasi untuk tujuan perjalanan tertentu.
  5. Pemilihan rute: menentukan faktor yang memengaruhi pemilihan rute dari setiap zona asal dan ke setiap zona tujuan,

Posting Komentar untuk "Tata Guna Lahan dalam Transportasi Wilayah dan Kota"